Sebagian besar petani karet di Indonesia termasuk petani karet di daerah-daerah masih menggunakan bahan penggumpal latek yang mutunya tidak terjamin seperti penggunaan TSP, Cuka Para, daun Pucuk Rambutan, Gadung dan Tawas sehingga slab dan lump yang dihasilkan mutu karetnya rendah.
Menurut hasil penelitian dari Balai Penelitian Karet Sembawa Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya, Jl. Raya Inderalaya Km.32, Inderalaya, Ogan Ilir,
Sumatera Selatan adalah sebagai berikut :
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh berbagai jenis bahan
penggumpal terhadap kualitas Bokar (Bahan Olahan Karet) selama penyimpanan, dan bermanfaat
bagi petani agar dapat memperoleh informasi mengenai pengaruh bahan
penggumpal terhadap kualitas bokar. Penelitian ini dilakukan di
Laboratorium Balai Penelitian Sembawa dengan bahan baku lateks yang
berasal dari kebun percobaan Balai Penelitian Sembawa. Lateks
digumpalkan dengan bahan penggumpal menjadi sleb, kemudian sleb disimpan
selama 1 bulan. Analisa yang dilakukan adalah analisa susut bobot,
Kadar Karet Kering (KKK) dan plastisitas karet (Po dan PRI). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dengan bahan penggumpal yang dianjurkan
semakin lama disimpan KKK sleb akan meningkat sampai dengan 84 % dan
bobot sleb akan menurun hingga 70 %. Penyusutan bobot yg cukup besar
pada sleb yang digumpalkan dengan pupuk TSP. Dari semua koagulan yang
dianalisa, penggumpal asam format, formula asam organik dan anorganik
lemah dapat menggumpalkan lateks dengan nilai Po dan PRI yang memenuhi
standar SIR.
Oleh karena itu untuk menghasilkan mutu karet yang bagus, sebaiknya gunakanlah produk Asam Formiat sebagai Bahan penggumpal lateks Anda karena penggumpalan dengan asam format dapat menghasilkan karet dengan sifat teknis yang baik dan sesuai hasil penelitian diatas memenuhi standar SIR.
Nah buat para petani karet yang ingin tahu lebih jelas silahkan klik disni
Tidak ada komentar:
Posting Komentar